watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

MODEL KEMBANG DESA

Kisah ini benar adanya, hanya saja untuk
menjaga privacy dengan model-model yang
pernah menjadi 'korban' petualanganku, maka
dengan menyesal namanya aku samarkan, kali
ini aku akan mengisahkan petualanganku dengan
model yang wajahnya mirip Yessy Gusman.
Aku bertemu dengan model cantik yang
memiliki nama Indah ini ketika aku meliput
pemilihan model di salah satu hotel bintang 5.
Sebagai fotografer yang sudah dikenal di
kalangan artis papan atas, membuatku selalu
mendapat sambutan setiap aku muncul di
berbagai event. Ini mungkin yang membuat
model baru seperti Indah, ikut 'hanyut' akan
kehadiranku.
"Hai, namaku Indah. Kenalan dong dengan
Mas!", sapanya dengan senyum manisnya yang
menggemaskan.
"Oh., Boleh!", jawabku kaget.
"Mas, mau dong di foto untuk media Mas!",
serang Indah.
"Lho, kok tahu kalau aku fotografer?", kataku
memancing.
"Lho siapa yang nggak kenal fotografer sekaliber
Mas Boy! Di kalangan model sensual, nama Mas
Boy kan sangat terkenal", kata Indah merayu.
"OK! Aku jadi nggak enak hati nich, dipuji cewek
secantik kamu. Kalau memang kamu kepingin
tampil di mediaku, tahu dong syarat utamanya.
Harus tampil sensual, kalau perlu tanpa busana
he.. he.. he..", kataku dengan nada memancing.
"Tapi dijamin jadi gadis sampul kan? Kalau
dijamin aku mau, yang penting yang miskin
(maksudnya tanpa busana) tolong untuk Mas
saja, jangan dimuat di media massa dan
internet", jawab Indah.
Setelah sepakat, akhirnya aku janjian pemotretan
dengan Indah di salah satu hotel di bilangan jalan
Pramuka, Jakarta Timur. Pada hari Rabu yang
telah disepakati, Indah datang bersama tiga
rekannya yang tidak kalah cantik. Namanya Maya
dan Ayu (bukan nama sebenarnya). Pemotretan
dimulai di kolam renang tentunya, sambil ngetes
kebenaran omongan Indah. Benar saja, Indah
langsung mengenakan busana renang yang
indah dengan warna cerah. Membuat Indah
kelihatan semakin cantik saja.
"Gimana Mas, okey nggak?", tanya Indah
sekeluar dari kamar ganti.
"Badanmu benar-benar oke. Aku nggak sangka,
cewek secantik kamu punya nyali sebesar
kamu!", pujiku.
"Demi karier dan masa depanku, resiko apapun
aku hadapi Mas!", tantang model yang memiliki
ukuran bra 36B ini.
"Loh, kok nekad amat. Emang keluarga dan
pacarmu mendukung?", aku mencoba
mengorek lebih dalam.
"Apapun yang aku tempuh, mereka
mendukung. Karena mereka memang
membutuhkan uluran tanganku. Sehingga
mereka tidak bisa protes atas perbuatanku",
jawabnya dengan wajah menunduk.
"Indah, aku bisa bantu kamu. Tapi resikonya
sangat berat, karena kamu mesti korban harga
diri dan perasaan", kataku.
"Nggak apa-apa Mas, yang penting Mas bisa
mengorbitkanku menjadi model dan pemain
sinetron terkenal", jawab Indah sungguh-
sungguh.
"Oke, sekarang kita mulai sesi pemotretan untuk
sampul mediaku dulu di kolam renang ini.
Setelah itu, kita sesi pemotretan di room,
gimana?", kataku.
"Oke!"
Lalu pemotretan berlangsung sampai pukul
05.30 dan menghabiskan 5 rol film isi 36,
dengan berbagai gaya yang sangat menantang.
Matahari mulai menghilang dari peredarannya,
pemotretan di kolam renang aku akhiri dan
dilanjutkan di kamar. Setelah beristirahat dan
makan malam, Indah menawariku untuk sesi
pemotretan lagi.
"Mas, foto lagi yuk!"
"Sip!"
"Pakai baju apa nich?", tanya Indah.
"Ngapain pakai baju, tadi kan udah lima kostum.
Bosan ah..", ujarku menggoda.
Godaanku disambut serius oleh Indah. Indah
dengan secepat kilat melucuti busana G string
yang dari tadi menempel. Aku terperangah
melihat kemolekan tubuh Indah yang memang
indah, hampir saja kameraku terjatuh hanya
karena memelototi tubuh putih mulus di
hadapanku.
"Loh, kok bengong, ayo foto lagi apa nggak!",
ujar Indah membuyarkan imajinasiku.
"Oo, ya.. ya!", jawabku tergagap.
Pemotretan di room makin seru saja, karena
Indah adalah tipe model yang menuruti semua
perintahku. Sehingga tanpa terasa 3 rol telah
berlalu. Di saat aku mengarahkan gaya tidur
Indah, secara tidak sengaja tangan Indah
menyentuh 'senjata pamungkas'ku yang dari
tadi telah mengacung seperti anggota DPR yang
melakukan interupsi.
"Loh, apaan nih Mas! Kok keras amat?", tanya
Indah sambil memegang rudalku yang kencang
sekali. Akupun blingsatan mendapat reaksi
sensitif dari Indah.
"Iya nich. Aku juga nggak konsen motretnya,
habisnya tubuh kamu indah banget. Baru kali ini
aku melihat tubuh bagus seperti ini", rayuku.
"Ah, yang bener! Aku yakin Mas sering melihat
tubuh lebih indah daripada tubuhku, kalau Mas
Bilang tubuhku Indah, aku yakin Mas
menghinaku", katanya merajuk.
"Aku 'kan mesti motret dulu", kataku sambil
menelan ludah.
"Buktinya Mas dari tadi, diem aja. Nyentuh
tubuhku aja nggak, kalau memang tubuhku
Indah, dari tadi Mas kan udah menyerangku",
kata Indah nakal.
Tanpa dikomando lagi, aku menyerang Indah
dengan ganas. Indah pun memberikan
perlawanan lebih ganas. Indah langsung
menncopoti celana dan bajuku.
"Mas, kalau memang kepingin ngomong aja.
Jangan ditahan, jadinya nggak baik Mas. Kayak
gini, laharnya meleleh di celana, 'kan cayang",
kata Indah sambil melahap senjataku dengan
lahapnya.
Karena aku sudah horny dari siang, maka lahar
panasku dengan cepat muncrat dengan
kencangnya. Tanpa bisa menghindar, laharku
pun ditelan Indah.
"Aduuh, Mas! Kok aku nelan lahar Mas sih, tapi
asin-asin enak gitu", katanya manja.
Kemudian aku lunglai tak berdaya. Dengan sabar
Indah menyeka seluruh daerah 'senjata
pamungkas'ku. Seusai menyeka, Indah
mengocok-ngocok senjataku dengan nafsunya.
"Horee.. 'Mas Boy kecil' bangun..", sambut Indah
sambil menjilati ujung senjataku.
"Ohh.. Kamu kok pinter say..", ujarku dengan
suara parau karena gairah seksku membara lagi.
Sedotan Indah semakin mantap dan lahap,
imajinasiku kian melayang. Tanganku kemudian
menyambar gunung kembar yang dari tadi
belum sempat kuremas-remas. Begitu gunung
kembarnya kuremas, Indah langsung
terpancing.
"Mas, ciumi gunungku dong", pinta Indah
manja.
Kemudian aku melahap dua gunung yang
sangat ranum dan menantangku untuk
meremas-remasnya.
"Aakk, Mas! Aku nggak tahan nich"
"Say, posisi 69 ya!", pintaku.
Aku langsung menindih tubuh Indah sehingga
membentuk 69, aku tanpa diminta langsung
menciumi gua nikmat yang akan membawaku
ke sorga itu.
"Mas, kok uennak gini sich. Aku nggak tahan
nich, mau.. kel.. aahh.. nah.. kan keluar", ujar
Indah.
Kemudian aku membalik badan, sehingga kami
saling berhadapan. Indah langsung tersenyum
dan langsung menyambar bibirku, kami pun
kemudian berciuman dengan hangat.
"Mas, aku kepengin 'disuntik' sama senjata Mas,
kayak apa sih rasanya", kata Indah menggodaku.
Senjataku, kuarahkan ke gua yang dari tadi
menunggu disodok, biar laharku keluar kian
deras.
"Akk..!!" teriak Indah sambil mengigigit bibirnya.
Sodokanku pelan-pelan kutekan semakin dalam
hingga membuat mulutnya menganga dan
memainkan lidahnya. Kemudian aku
menyambar lidah Indah, dan goyangan demi
goyangan terus kutingkatkan.
"Mas, genjot yang keras lagi dong, ak.. ku mau
kel.. uar lagi".
Genjotan aku tingkatkan hingga membuat Indah
sampai ke puncak kenikmatan.
"Aduuh.. Akk, Mas! Aku keluar lagi..", Indah
memang orgasme untuk kedua kalinya,
sementara senjataku masing mengacung.
"Lho, Mas belum keluar ya?"
"Emang kamu nggak merasakannya Say?"
"Habisnya, aku enak banget. Jadi nggak mikirin
Mas Boy"
Tanpa diminta, Indah langsung naik dengan
posisi duduk dan mengarahkan lubang 'gua'nya
ke 'senjata pamungkas'ku. Goyangan Indah kian
liar, ketika ia berada di atas perutku. Ini membuat
rasa nikmatku kian memuncak dan..
"Ya.. Yaa.. Keluar lagi deh" kata Indah.
Mendapat reaksi orgasme Indah, membuatku
terpancing dan membalikan tubuh Indah
sehingga posisinya di bawah. Dengan cepat aku
memasukkan senjataku yang sudah
memuntahkan lahar.
"Mas terus, terus.. Terus Mas.. Yang keras.."
Mendapat support dari Indah membuat sodokan
kian kutingkatkan.
"Say, ak.. ku keluar", kataku dengan nada tidak
karuan.
"Aku juga Mas.. Bareng ya.."
Selesai genjot-genjotan, aku dan Indah tidur
terlelap hingga jam 6 pagi. Indah tersenyum
melihatku bangun.
"Pagi Mas.."
"Pagi, kok kamu bangun pagi amat?"
"Iya, kebiasaanku bangun subuh", jawab Indah
sambil menyedot rokok putih dalam-dalam.
"Mas, boleh nggak aku mohon satu permintaan,
sebelum kita pisah hari ini?", kata Indah sambil
tersenyum nakal.
"Boleh! Paling kamu minta ongkos pulang 'kan?",
Kataku enteng.
"Buk.. Bukan itu!"
"Lalu minta apa, kalau bukan minta uang?"
"Minta 'rudal'mu lagi, puasin aku lagi donk.."
"Gimana yach..", godaku.
"Gimana apanya?" kata Indah lagi-lagi dengan
nada manja.
"Maksudku, gimana memulainya ha.. ha.. ha..",
kataku sambil melirik.
Indah langsung mengejarku dan kami pun kejar-
kejaran seperti anak kecil rebutan mainan. Aku
melompat ke tempat tidur dan Indah terus
mengejarku.
"Mas nakal deh"
Kamipun kemudian berpagutan dan berciuman
dengan saling serang. Tanganku langsung
meremas-remas gunung kembarnya. Hal itu
membuat Indah semakin ketagihan dan tangan
Indah memegang tangan kananku dan
menuntunnya untuk mengorek 'gua
selarong'nya yang sudah kebanjiran lahar. Jari
tanganku langsung kuarahkan ke gua tersebut
hingga..
"Akk, nikmat Mas. Teruskan Mas, terus ach.. ach
aku keluar.. Mas!", 'kicau' Indah.
"Mas, tuntaskan yuk"
"Okelah", kataku.
Senjataku sebenarnya belum keras betul,
sehingga aku malas-malasan untuk
memasukannya ke 'gua' Indah. Bleezz..
"Mas, aku kepingin kenikmatan ini dari Mas Boy
terus. Mau nggak?"
"Siapa nolak" jawabku sambil terus memompa
Indah.
Indah menggoyangkan pantatnya dengan
lincahnya hingga membuatku tidak tahan..
"Say.. aahh.. aku mau.. keluar.. nich.."
"Aku juga Mas.., aahh.."
Akhirnya kami berdua sampai ke puncak
kenikmatan 'pamungkas'. Jam telah menujukan
jam 12.00, artinya kami harus check out.
"Mas, kalau tabloid yang memuat fotoku sudah
keluar tolong kabarin ya, entar aku kasih hadiah
deh", pintanya dengan senyum menawan.
Dan seminggu kemudian foto Indah muncul di
tabloidku.
Tamat


Adult | GO HOME | Exit
1/854
U-ON

inc Powered by Xtgem.com